Program Khusus

  1. Latar Belakang

Terdapat tiga hambatan sebagai akibat langsung dari ketunanetraan. Ketiga hambatan itu adalah  memperoleh keanekaragaman pengalaman,  interaksi dengan lingkungan dan mobilitas. Keterbatasan tersebut harus diminimalisir hambatannya, dikompensasikan keterbatasannya ke ke domain/ modalitas lain, dikembangkan potensinya

Kurikulum pendidikan khusus tahun 2013 memuat program pengembangan orientasi mobilitas, sosial dan komunikasi untuk peserta didik tunanetra. Program pengembangan ini memperluas scope materi orientasi dan mobilitas sebelumnya. Ketiga keterbatasan  itu menuntut tiga jenis program pengembangan dan disatukan menjadi satu program yaitu Program Pengembangan Orientasi Mobilitas, Sosial dan Komunikasi (POMSK).

Kenyataan selama ini Orientasi dan Mobilitas  disetarakan sebagai mata pelajaran dengan scope yang kurang memberikan sentuhan hambatan interaksi sosial dan hambatan keanekaragaman pengalaman. Disamping itu kompetensi yang dikembangkan berdasarkan jenjang kelas, dan tidak didasarkan pada kebutuhan peserta didik.

Kompetensi guru dalam pembelajaran Oruentasi dan Mobilitas (OM) amat beragam. Keragraman kompetensi itu dapat disebabkan oleh kualifikasi pendidikan, latihan yang diterima, lama pelatihan, model pelatihan, pengalaman mengajar. Sebagian  besar guru (OM) di Indonesia bukan instruktur yang terlatih sesuai standar yang ditetapkan, namun siapa saja yang menjadi guru pendidikan khusus dengan sedikit kompetensi tentang OM. Hal ini menyebabkan pada persepsi yang berbeda  antara guru OM yang satu dengan yang lain. Kondisi ini berdampak pada kualitas kemandirian peserta didik tunanetra yang kurang optimal.

POMSK pada kurikulum pendidikan khusus 2013 didasarkan pada kebutuhan masing-masing peserta didik. Indikator yang dikembangkan tidak didasarkan pada jenjang kelas, namun lebih beroreintasi pada hasil asesmen. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpisah, terintegrasi, dan berdasarkan prioritas.

Berdasarakan hal tersebut, maka perlu adanya materi  pelatihan POMSK agar proses pelatihan dapat berlangsung dengan baik.

  • Tujuan

Penyusunan materi  ini bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogi peserta pelatihan tentang program kebutuhan khusus orientasi mobilitas, sosial dan komunikasi bagi tunanetra selanjutnya disingkat OMSK..
  2. Memberikan keterampilan kepada peserta pelatihan menyusun  program kebutuhan khusus orientasi mobilitas, sosial dan komunikasi bagi
  3. Memberikan keterampilan kepada peserta pelatihan dalam praktik/ melaksanakan program kebutuhan khusus orientasi mobilitas, sosial dan komunikasi bagi

3. Ruang Lingkup

Adapun  materi  program pengembangan orientasi, mobilitas, sosial dan komunikasi berisi:

  1. Konsep pengembangan orientasi mobilitas, sosial dan komunikasi berisi tentang pengertian, tujuan, ruang lingkup, prinsip rambu-rambu.
  2. Pelaksanaan program pengembangan orientasi mobilitas, sosial dan komunikasi, berisi tentang langkah-langkah program pengembangan OMSK.

PROGRAM PENGEMBANGAN/LAYANAN ORIENTASI MOBILITAS, SOSIAL, DAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK  TUNANETRA

Pelatihan ini pada tahap awal, peserta diharapkan:

  1. Menjelaskan konsep OMSK
  2. Melaksanakan analisis kebutuhan peserta didik tunanetra
  3. Memilih pendekatan/ metode yang tepat.

Adapun skenario pelatihan akan berlangsung sbb:

Pengertian

Pengembangan program orientasi, mobilitas, sosial, dan komunikasi terdiri dari  tiga program pokok yaitu program pengembangan orinetasi mobilitas, pengembangan sosial, dan pengebangan komunikasi.

Pengembangan orientasi dan mobilitas adalah Pengembangan kemampuan orientasi mobilitas adalah merupakan satu kemampuan, kesiapan dan mudahnya bergerak dari satu posisi/tempat ke satu posisi/tempat lain yang dikehendaki dengan baik, tepat, efektif, dan selamat. Pengmbangan sosial merupakan gambaran hubungan antar manusia dan lingkungannya serta perilaku manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari secara mandiri tanpa banyak  dibantu orang lain.  Pengembangan komunikasi pada  tunanetra menekankan pada  bagaimana  tunanetra dapat mengkomunikasikan secara lisan pikiran dan maksudnya dengan  ekspresif dan menarik kepada orang lain. Banyak  tunanetra mengkomunikasikan pikiran dan maksudnya tidak ekspresi dan tidak menarik. Hal ini bukan  berarti tunanetra tidak bisa melakukannya, tetapi   tidak mendapatkan latihan contoh dari lingkungannya karena ketunanetraannya.

POMSK  merupkan sejumlah keterampilan yang dibutuhkan tunanetra untuk menutupi atau mengganti keterbatasan sebagai akibat langsung dari adanya hambatan penglihatan. Pengembangan OMSK  adalah keterampilan (orientasi dan berpindah tempat, sosial, komunikasi) yang dibutuhkan setiap peserta didik tunanetra untuk bisa akses dan berinteraksi  dengan lingkungannya